Selasa, 7 Oktober 2025

Nasional


Tangkal Radikalisme, BNPT Tak Henti-Hentinya Sosialisasi

BNPT terus melakukan sosialisasi ke kampus-kampus dalam menangkal paham radikal dan terorisme.

Irfan Mualim 2018-10-09
radikalisme dan terorisme

Deputi Pencegahan BNPT, Brigjen Pol Hamli.

GARDA NASIONAL, SEMARANG — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi penguatan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun swasta dari bahaya paham radikal dan terorisme yang berpotensi terpapar oleh paham negatif tersebut.



Bahkan tidak sosialisasi yang digalakkan bukanya hanya pada mahasiswa, juga diberikan kepada pada guru dan dosen agama, sehingga mampu menjadi garda terdepan dalam membentengi generasi muda dari gerakan radikalisme.



"Jadi guru agama, dosen se-Indonesia semua ikut pelatihan seperti seminar, workshop. Tujuannya untuk memperkuat wawasan kebangsaan," tegas Deputi Pencegahan BNPT, Brigjen Pol Hamli usai seminar nasional di Semarang, Senin (8/10/2018).



Hamli menjelaskan, untuk terselenggaranya kegiatan itu, saat ini telah koordinasi dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dan Kementerian Agama (Kemenag) sebagai langkah memperkuat nilai kebangsaan di kalangan para dosen.



"Kita tidak hanya melakukan pendekatan pada yang sudah terpapar ideologi radikal saja. Tapi yang belum terpapar juga kita melakukan tindakan kontra narasi," terangnya. 



Ia menambahkan, semua tokoh agama mulai bergerak untuk mengatasi kegiatan berbau radikal yang berkembang di tengah masyarakat. 



"Ulama, pendeta, pastor, biksu harus ikut partisipasi atasi masalah radikal mengingat selama ini mereka dikenal punya jiwa nasionalisme tinggi," katanya.



Sementara terkait paham menyimpang, perguruan tinggi juga harus waspada dalam hadapi permasalahan bangsa, mengingatkan kerentanan generasi muda dalam tantangan radikalisme. Selain sebagai target infiltrasi rekrutmen radikal oleh generasi muda termasuk mahasiswa yang menjadi ketergantungan teknologi informasi.



"Adapun radikalisme yang dimaksud bersifat negatif, seperti intoleransi, penolakan akan nilai Pancasila, dan anti NKRI," ujarnya.



Menurut Hamli, radikalisme aliran baru menggunakan metode komunikasi terbaru dan memanfaatkan teknologi, sehingga pembekalan mereka dalam berselancar perlu dimatangkan. 



"Saat ini dunia sedang menghadapi gelombang terorisme baru," imbuhnya.



Leave a Comment




berita dunia islam terbaru